KELAINAN BAWAAN PADA NEONATUS DAN PENATALAKSANAANNYA
Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Dibawah ini beberapa kelainan bawaan pada neonatus, antara lain :
1. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Labioskizis atau labiopalatiskizis merupakan konginetal anomaly yang berupa kelainan bentuk pada struktur wajah, yang terjadi karena kegagalan proses penutupan procesus nasal medial dan maxilaris selama perkembangan fetus dalam kandungan
Etiologi :
• Kegagalan pada fase embrio yang penyebab belum diketahui
• Faktor Herediter
• Abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
Manifestasi Klinik :
* Palatoskizis
– Distorsi pada hidung
– Adanya celah pada bibir
* Labioskizis
– Adanya celah pada tekak (uvula), palatum durum dan palatum mole
– Adanya rongga pada hidung sebagai celah pada langit-langit
– Distorsi hidung
Penatalaksanaan :
• Tergantung pada beratnya kecacatan
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
• Cegah terjadinya komplikasi
• Dilakukan pembedahan
2. Atresia Esophagus
Atresia esophagus adalah gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan primitif
Etiologi dari atresia esophagus yaitu kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang lahir prematur
Manifestasi klinik pada neonatus dengan atresia esophagus antara lain :
-Hhipersekresi cairan dari mulut
– Gangguan menelan makanan (tersedak, batuk)
Penatalaksanaan :
• Pertahankan posisi bayi atau pasien dalam posisi tengkurap, bertujuan untuk meminimalkan terjadinya aspirasi
• Pertahankan keefektifan fungsi respirasi
• Dilakukan tindakan pembedahan
3. Atresia Rekti dan Atresia Anus
Atresia rekti yaitu obstruksi pada rektum (sekitar 2 c dari batas kulit anus). Pada pasien ini, umumnya memiliki kanal dan anus yang normal
Atresia anus yaitu obstruksi pada anus
Etiologi
Malformasi kongenital
Manifestasi Klinik
– Tidak bisa BAB melalui anus
– Distensi abdomen
– Tidak dapat dilakukan pemeriksaan suhu rektal
– Perut kembung
– Muntah
Penatalaksanaan :
Dilakukan tindakan kolostomi
4. Hirschprung
Hirschprung merupakan kelainan konginetal berupa obstruksi pada sistem pencernaan yang disebabkan oleh karena menurunnya kemampuan motilitas kolon, sehingga mengakibatkan tidak adanya ganglionik usus
Etiologi :
Kegagalan pembentukan saluran pencernaan selama masa perkembangan fetus
Tanda dan Gejala :
• Konstipasi/tidak bisa BAB/diare
• Distensi abdomen
• Muntah
• Dinding abdomen tipis
Penatalaksanaan :
• Pengangkatan aganglionik (usus yang dilatasi)
• Dilakukan tindakan Colostomi
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
5. Obstruksi Billiaris
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis
Etiologi :
– Degenerasi sekunder
– Kelainan kongenital
Tanda dan Gejala :
– Ikterik (pada umur 2-3 minggu)
– Peningkatan billirubin direct dalam serum (kerusakan parenkim hati, sehingga bilirubin indirek meningkat)
– Bilirubinuria
– Tinja berwarna seperti dempul
– Terjadi hepatomegali
Penatalaksanaan
Pembedahan
6. Omfalokel
Omfalokel merupakan hernia pada pusat, sehingga isi perut keluar dalam kantong peritoneum
Etiologi
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
Tanda dan Gejala
– Gangguan pencernaan, karena polisitemia dan hiperinsulin
– Berat badan lahir > 2500 gr
Penatalaksanaan
– Bila kantong belum pecah, diberikan merkurokrom yang bertujuan untuk penebalan selaput yang menutupi kantong
– Pembedahan
7. Hernia Diafragmatika
Hernia diafragmatika terjadi akibat isi rongga perut masuk ke dalam lobang diafragma
Etiologi
Kegagalan penutupan kanalis pleuroperitoneum posterolateral selama kehamilan minggu ke-8
Tanda dan Gejala
– Bayi mengalami sesak napas
– Bayi mengalami muntah karena obstruksi usus
Penatalaksanaan
• Berikan diit RKTP
• Berikan Extracorporeal Membrane Oxygenation (EMCO)
• Dilakukan tindakan pembedahan
8. Atresia Duodeni
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung
Etiologi
– Kegagalan rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
– Banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur
Tanda dan Gejala
– Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen
– Ikterik
Penatalaksanaan
– Pemberian terapi cairan intravena
– Dilakukan tindakan duodenoduodenostomi
9. Meningokel dan Ensefalokel
Meningokel dan ensefalokel yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang abnormal korda spinalis atau penutupannya
Etiologi
Gangguan pembentukan komponen janin saat dalam kandungan
Tanda dan Gejala
– Gangguan persarafan
– Gangguan mental
– Gangguan tingkat kesadaran
Penatalaksanaan
Pembedahan
10. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya Liquor Cerebrospinal (LCS). Kadang disertai dengan peningkatan TIK (Tekanan Intra Kranial)
Etiologi
• Gangguan sirkulasi LCS
• Gangguan produksi LCS
Tanda dan Gejala
• Terjadi pembesaran tengkorak
• Terjadi kelainan neurologis, yaitu Sun Set Sign (Mata selalu mengarah kebawah)
• Gangguan perkembangan motorik
• Gangguan penglihatan karena atrofi saraf penglihatan
Penatalaksanaan
• Pembedahan
• Pemasangan “Suchn Suction”
11. Fimosis
Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis atau suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya
Etiologi
Malformasi konginetal
Tanda dan Gejala
Gangguan proses berkemih
Penatalaksanaan
Dilakukan tindakan sirkumsisi
12. Hipospadia
Hipospadia yaitu lubang uretra tidak terletak pada tempatnya, mis : berada di bawah penis
Etiologi
• Uretra terlalu pendek, sehingga tidak mencapai glans penis
• Kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung kemih
• Merupakan kelainan konginetal
Tanda dan Gejala
• Penis agak bengkok
• Kadang terjadi keluhan miksi, jika disertai stenosis pada meatus externus
Penatalaksanaan
• Pada bayi : dilakukan tindakan kordektomi
• Pada usia 2-4 tahun : dilakukan rekonstruksi uretra
• Tunda tindakan sirkumsisi, hingga kulit preputium penis/scrotum dapat digunakan pada tindakan neouretra